Selasa, 29 Oktober 2019

Makalah promosi kesehatan

MAKALAH
PENGANTAR PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI KLIEN


DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
AMALIA UMMI SAFITRI (1020183029)
WAHYUNI (1020183036)
APRILLIA HARDIYANTI (1020183050)
DIAH INDAH (1020183031)
DEWI SRIWATI (1020183037)
ARFIATUL MILLAH (1020183030)
ALIF NUR LAILI (1020183012)
RIKA APRILIANI (1020183008)
ANGGI RISKA W. (1020183023)
HABIB TIRTA A. (1020183038)












UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2018/2019


I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “pengantar pendidikan kesehatan bagi klien”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “pengantar pendidikan kesehatan bagi klien” ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.




Kudus, 01 juli 2019





















II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………. I
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... II
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. III
BAB I
Pendahuluan ………………………………………………………………………. 1
Latar Belakang………………………………………………………… 1
Rumusan Masalah……………………………………………………... 1
Tujuan ………………………………………………………………… 1
BAB II
2.1 Pendidikan Kesehatan Bagi Klien…………………………………….. 2
2.2 Konsep dan Teori Belajar Mengajar…………………………………... 3
2.3 Domain Belajar………………………………………………………... 3
2.4 Komunikasi Dalam Proses Pembelajaran……………………………... 5
2.5 Klien Sebagai Peserta Didik dan Kebutuhan Pendidikan Kesehatan Klien… 5
BAB III
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 7
3.2 Saran…………………………………………………………………… 7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 8
















III
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal . Semua petugas kesehatan mengakui bahwa pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini banyak sekali bentuk pelayanan kesehatan dalam menanggulangi masalah kesehatan yang di alami oleh masayarakat. Pada dasarnya pelayanan kesehatan ini bertujuan untuk melaksanakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit yang di alami oleh masyarakat.Namun, bukan berarti semua orang bisa memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mengalami masalah kesehatan. Pada hakikatnya semua pelayanan kesehatan itu harus didasari oleh ilmu yang di dapat dari pendidikan di bidang kesehatan. Selayaknya tujuan pendidikan kesehatan yaitu pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.
Rumusan Masalah
Bagaimana pendidikan kesehatan bagi klien?
Apa konsep dan teori belajar mengantar?
Apa saja domain belajar?
Apa saja komikasi dalam proses pembelajaran?
Bagaimana klien sebagai peserta didik dan kebutuhan pendidikan keehatan klien?
Tujuan
Memahami pendidikan kesehatan bagi klien.
Memahami konsep dan teori belajar mengantar.
Mengetahui domain belajar.
Memahami komikasi dalam proses pembelajaran.
Memahami klien sebagai peserta didik dan kebutuhan pendidikan keehatan klien











1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Kesehatan bagi klien
Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (noto adtmojo 2002:20).Dalam keperawatan,pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan yang berguna untuk membantu klien baik individu , keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatnnya melalui kegiatan pembelajaran.
Tujuan pendidikan kesehatan adalah tercapainya suatu perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat juga berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.(Nursallam dan Efendi 2008).
Menurut Tonnes dalam De Leew 1989. Pendidikan kesehatan berfungsi untuk pembangkitan keinsyafan dalam masyarakat tentang aspek-aspek kerugian kesehatan lingkungan dan sumber-sumber social penyakit, yang secara ideal diikuti dengan keterlibatan masyarakat dengan giat. Secara sederhana, pendidikan kesehatan, berfungsi sebagai pembangkit kesadaran klien akan kekeliruan yang sebelumnya telah menjadi gaya hidup dan kebiasaan serta sebagi pemicu keinginan untuk mengubahnya.
Pendidikan kesehatan berperan penting dalam membantu klien mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi serta menguatkan keputusan atas tindakan sesuai dengan diri mereka sendiri. Menurut Basstable dalam perawat sebagai pendidik : prinsip-prinsip pengajaran dan pendidik: 2002, pendidikan kesehatan bagi klien memiliki peran penting sebagai berikut :
Meningkatkan kepuasan klien sebagai konsumen
Memperbaiki kualitas kehidupan.
Memastikan kelangsungan keperawatan.
Secara efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit.
Memasyarakatkan masalah kepatuhan terhadap rencana-rencana pemberian perawatan kesehatan
Melalui pendidikan kesehatan, perawat melatih klien untuk meningkatkan kemandirian dalam merawat dirinya. Ketika klien memperoleh pengetahuan tentang sakitnya. Klien akan mampu memahami dan memenuhi kebutuhan pribadi terkait sakitnya yang nantinya akan mendukung kesembuhan serta mencegah terjadinya komplikasi penyakit.




2
2.2 Konsep dan teori belajar mengajar
Konsep  mengajar  sebagai  substansi  keilmuan  merupakan  salah  satu  carauntuk menyampaikan ilmu (informasi yang bermanfaat) kepada orang lain. Teori mengajarSecara umum, ada empat aliran pendidikan (Sukmadinata, 1997). Keempat aliran itu antara lain;
1. Pada teori pendidikan klasik pendidik berperan sangat dominan menentukanisi, metode, dan evaluasi.  Sedangkan klien berperan secara pasif. Contoh pada penyuluhan kesehatan dalam jumlah yang besar, promotor cenderung mendominasi. Teori mengajar pendidikan pribadi lebih menekankan bahwapendidik harus memahami peserta didik. Contoh : bimbingan konseling.
2. Teori  mengajar  teknologi  pendidikan  berarti  bahwa  pengembangan pendidikan dengan memanfaatkan teknologi. Contoh : pemutaran video padapenyuluhan kesehatan.
3. Teori  mengajar  interaksional  yaitu  ada  hubungan  dua  pihak  atau  lebih sehingga  terjadi  interaksi.  Contoh  :  seminar  kesehatan  interaktif.  Teori mengajar membedakan yaitu pendidik mengajarkan dua fakta atau konsep yang berbeda. Contoh : perbedaan mencuci tangan dengan sabun dan handsanitizer.
4. Teori  Mengajar  Kognitif  mengajarkan  klien  untuk  dapat  mengingat,menerima dan memahami informasi pembelajaran. Contoh : pada promosi kesehatan,  pendidik  akan  mengajarkan  peserta  didik  untuk  mengingat,menerima dan memahami materi kesehatan yang akan diberikan.
2.3 Domain Belajar
a. domain Kognitif
Pembelajaran  kognitif  meliputi  semua  perilaku  intelektual  (Potter  dan Perry, 2005). Bloom (1956) menglasifikasikan perilaku kognitif dalam urutan hierarki. Urutan  pertama dalam  hierarki adalah  pengetahuan. Dengan menggunakan pengetahuan seseorang akan mendapatkan fakta atau informasi baru  dan  dapat  diingat  kembali.  Sebagai  contoh,  klien  belajar  tentang  obat-obatan  yang  diberikan  dan  dapat  menjelaskan  tujuan  dan  kemungkinan efek sampingnya (Potter dan Perry, 2005).
Urutan  kedua dalam  hierarki adalah  pemahaman.  Pemahaman  adalah kemampuan  untuk  memahami  materi  yang  dipelajari.  Contoh,  klien  mampu menguraikan secara spesifik bagaimana obat-obat yang baru diberikan untuknya akan dapat meningkatkan kesehatan fisiknya (Potter dan Perry, 2005).
Urutan ketiga dalam hierarki adalah aplikasi atau penerapan mencakup penggunaan ide-ide abstrak yang baru dipelajarinya  untuk diterapkan dalam situasi yang nyata. Contoh, klien belajar cara pemberian obat sendiri sesuai dengan jadwal untuk meminimalkan efek samping (Potter dan Perry, 2005).
14
Urutan keempat dalam hierarki adalah analisis yang berarti mengaitkan ide yang  satu  dengan  yang  lain  dengan  cara  yang  benar.  Contoh,  klien  mampu mengidentifikasi  efek  samping  yang  paling  sering  dialaminya  karena  obat tertentu dan membandingkannya dengan efek samping yang dialami oleh orang lain (Potter dan Perry, 2005).
Urutan kelima dalam hierarki adalah membuat sintesis  yang merupakan  kemampuan  memahami  dari  semua  informasi  yang diterimanya. Contoh, klien mengalami efek samping dari suatu obat dan dalam melakukan cara untuk mencegahnya (Potter dan Perry, 2005).

3

Urutan terakhir dalam hierarki tersebut adalah evaluasi. Evaluasi adalah berupa penilaian oleh klien  terhadap  efek  yang  diterima  saat  dan  setelah  melakukan  perawatan
(Harkreader, Hogan, dan Thobaben, 2004). Contoh, klien mampu memahami kebutuhan terhadap informasi lebih lanjut tentang insulin sehubungan dengan rencananya mengikuti program latihan (Potter dan Perry, 2005).

b.Domain afektif

Menurut perry dan potter (2005) pembelajaran afektif berkaitan dengan ekspresi  perasaan  dan  penerimaan  berupa  tingkah  laku,  pendapat  dan  nilai. Afektif  meujuk  pada  emosi  atau  perasaan,  pembelajaran  ini  mengubah kepercayaan, sikap atau nilai. Menurut Potter dan Perry (2005) Terdapat lima hierarki dalam domain afektif, yaitu sebagai berikut :
Urutan pertama adalah penerimaan yaitu bersedia menerima perkataan orang lain,  menyadari  adanya  suatu  fenomena  di  lingkungan. Contoh  seorang wanita  mendengarkan  penjelasan  mengenai  prosedur  operasi payudara dengan penuh perhatian dan kontak mata.
Urutan  kedua  adalah  merespon  yaitu  memberikan  tanggapan  melalui kegiatan mendengarkan  dengan  bereaksi  secara  verbal  dan  non  verbal. Contoh : pasien bertanya mengenai proses  terapi yang harus dijalani untuk mempercepat kesembuhan/ pemulihan.
Urutan ketiga adalah penghargaan yaitu memberikan nilai pada suatu objek, fenomena  atau  tingkah  laku. Contoh:  seorang  pasien  yang  sangat memperhatikan rupa/ tampilan luka operasi sebelum pengangkatan payudara.
Domain psikomotor
Pembelajaran  psikomotorik  melibatkan  penguasaan  ketrampilan  yang memerlukan integrasi antara aktivitas mental dan muskular, seperti kemampuanberjalan  atau  menggunakan  peralatan  makan  (Potter  &  Perry,  2005).Psikomotorik domain (Simpson, 1972) mencakup gerakan fisik, koordinasi, dan penggunaan keterampilan area motorik. Domain ini memiliki hierarki sebagai berikut :
Urutan  pertama  persepsi  yaitu  Kemampuan  untuk  menggunakan  isyarat sensoris untuk memandu aktivitas motorik. Contoh : memperkirakan dimana bola akan mendarat setelah dilemparkan dan pindah ke lokasi menangkap bola.
Urutan kedua adalah pengaturan yaitu kesiapan untuk bertindak. Mencakup pengaturan mental, fisik, dan emosional. Contoh: tahu dan bertindak atas urutan langkah dalam proses  manufaktur/produksi, menunjukkan keinginan untuk mempelajari proses baru (motivasi).
Urutan  ketiga  adalah  respon  terkendali  tahap  awal  dalam  mempelajari keterampilan  yang  kompleks  yang  mencakup  peniruan, trial dan error. Contoh : merespon sinyal-tangan dari instruktur saat belajar mengoperasikan forklift.
Urutan keempat mekanisme adalah respon belajar telah menjadi kebiasaan dan  gerakan  dapat  dilakukan  dengan  sedikit  keyakinan  dan  kemampuan. Contoh: mengendarai mobil pribadi.
Urutan kelima adalah respon jelas yang rumit adalah kinerja terampil dari tindakan motorik yang melibatkan pola gerakan yang kompleks tanpa ragu dan otomatis. Contoh : menampilkan kompetensi saat bermain piano.


4
Urutan  keenam adalah  adaptasi  adalah  keterampilan  yang  dikembangkan dengan  baik  dan  individu  dapat  memodifikasi  pola  pergerakan  sesuai
persyaratan  tertentu. Contoh  :  memodifikasi  instruksi  untuk  memenuhi kebutuhan peserta didik.
Urutan ketujuh atau terakhir adalah originasi yaitu membuat pola gerakan baru  agar  sesuai  dengan  situasi  atau  masalah  tertentu.  Contoh: mengembangkan program pelatihan baru dan komprehens.

2.4  Komunikasi dalam proses pembelajaran
Proses komunikasi merupakan aktivitas mendasar bagi manusia sebagai makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali dengan adanya stimulus pada diri seseorang yang ditangkap melalui panca indra. Stimulus tersebut diolah di otak berdasarkan pengetahuan, pengalaman, selera dan kepercayaan



yang dimiliki setiap individu. Stimulus tersebut mengalami proses intelektual menjadi informasi. Informasi yang telan dikomunikasikan disebut pesan. ( Wiryanto dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi)
Bulletin UNINDO, United Nations, New York (1986) memuat artikel yang menyatakan bahwa : Thinking and Communication are Information. Proses berpikir merupakan proses komunikasi yang kita kenal sebagai proses komunikasi intrapersonal di dalam proses berpikir dan proses komunikasi menghasilkan informasi. ( Wiryanto dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi)
Komponen dalam proses komunikasi ialah people, messages, encoing and decoding, meaning, dan interpretation. Individu/ manusia yang terlibat dalam proses komunikasi biasanya sebagai pengirim pesan atau penerima pesan. Komunikasi berlangsung melalui pengirim dan peneima pesan. Pesan memiliki konten yang disampaikan selama berkomunikasi. Konten dapat berupa informasi factual, atau idea, hasil pemikiran ataupun ekspresi perasaan participant. ( Steinberg, 2006)
Komponen selanjutnya ialah encoding dan decoding. Encoding merupakan proses transformasi pikiran dan ide-ide atau pesan kedalam tanda-tanda verbal dan nonverbal. Sedangkan decoding ialah proses mengubah tanda verbal dan nonverbal kembali ke dalam bentuk pesan. Meaning, pesan memiliki dua jenis informasi, content information dan relation information. Informasi konten mengacu pada informasi factual tentangt topic pesan. Informasi relasi mengarah kepada bagaimana participant memahami hubungan mereka. Interpretation, pesan yang memiliki arti/maksud harus diinterpretasikan. Interpretasi  bergantung pada pemahaman sosial dan pemahaman individu. ( Steinberg, 2006)

2.5 klien sebagai peserta didik dan kebutuhan pendidikan kesehatan klien
Kebutuahan kesehatan klien merupakan kebutuhan yang berpatokan pada kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan manusia/klien merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia/klien dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.  Walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
5
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara
kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas yaitu:

Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual.
Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis yang mengancam diri.
Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs.
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need).
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization).
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan sendiri – sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang  yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.











6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan kesehatan dalam masyarakat adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1996)
Pendidikan kesehatan dalaam masyarakat gabungan dari sebagian kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bias dilakukan secara perseorangan maupun kelompok dan meminta pertolongan bila perlu (Effendy, 1998).
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataan nya pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan. Artinya,dalam program-program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun program itu melibatkan pendidikan kesehatan,tetapi kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan itu segera membawa manfaat bagi masyarakat dan yang mudah dilihat atau diukur.
SARAN
Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah penulis ini, dan memperluas wawasan dari berbagai sumber lain. Karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.



















7
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/makalah-promkes-edukasi-klien-dan-teori-belajar-mengajar.html
https://www.scribd.com/doc/134187219/Proses-Belajar-Dalam-Promosi-Kesehatan
https://ratihhandayani92blog.wordpress.com/2013/11/12/4/